Kamis, 03 Mei 2012

Data


TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data bisa dibedakan dengan beberapa hal, seperti:

  1. Berdasarkan Setting (Setting Alamiah, Labortorium dengan melalui eksperimen, di rumah dengan mewawancarai responden, seminar, dan lain-lain)
  2. Berdasarkan sumber data: (Sumber Primer : Sumber yang langsung memberikan data dan Sumber Sekunder : Sumber yang tidak langsung memberikan data).
  3. Berdasarkan Teknik Pengumpulan Data dibagi lagi menjadi: Observasi, Wawancara, Dokumentasi dan Triangulasi/Gabungan
Selain  di atas jug ada teknik pengumpulan data adalah:
  1. Angket (self-administerd questionnaire)
*    Teknik pengumpulan data dengan cara menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi sendiri oleh responden.
*    Keuntungan:
  1. Angket dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar karena dapat dikirim melalui pos.
  2. Biaya yang diperlukan untuk membuat angket relatif murah.
  3. Angket tidak terlalu mengganggu responden karena pengisiannya ditentukan oleh responden sendiri sesuai dengan kesediaan waktunya.
*    Kerugian:
  1. Jika angket dikirim melalui pos, maka persentase dikembalikan relatif rendah.
  2. Angket tidak dapat digunakan untuk responden yang kurang bisa membaca dan menulis.
  3. Pertanyaan-pertanyaan diangket bisa ditafsirkan salah dan tidak ada kesempatan untuk mendapat penjelasan.
*    Pertanyaan yang digunakan dapat dibedakan menjadi dua:
1. Pertanyaan terbuka: pertanyaan yang jawabannya tidak disediakan sehingga responden bebas menuliskan jawabannya sendiri.
+ Memberikan kebebasan kepada responden untuk memberikan jawaban sesuai dengan pandangannya.
-Sulit mengolahnya karena harus membaca semua jawaban yang diberikan dan kemudian menggolong-golongkannya.
2. Pertanyaan tertutup: pertanyaan yang jawabannya sudah disediakan dengan memberikan tanda, misalnya melingkari huruf didepan jawaban yang dipilih.
+ Mudah mengolahnya
-Tidak memberikan kebebasan kepada responden untuk memberikan jawabannya.
*    Dalam membuat jawaban alternatif untuk pertanyaan tertutup atau dalam menggolongkan jawaban yang diberikan pertanyaan terbuka, perlu memperhatikan ketentuan-ketentuan berikut:
  1. Penggolongan hanya didasarkan atas satu prinsip atau satu dimensi.
  2. Golongan-golongan yang dibuat harus saling meniadakan (mutually exclusive)
  3. Golongan-golongan yang dibuat harus menyeluruh (exhaustive)
*    Pedoman-pedoman yang harus diperhatikan dalam membuat pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan untuk instrumen penelitian (Rubin & Babbie, 1989):
  1. Pertanyaan atau pernyataan yang dibuat harus jelas dan tidak meragukan.
  2. Hindari pertanyaan atau pernyataan ganda (duoble-barreled questions).
  3. Responden harus mampu menjawab.
  4. Pertanyaan atau pernyataan harus relevan.
  5. Pertanyaan atau pernyataan yang pendek adalah yang terbaik.
  6. Hindari pertanyaan, pernyataan, atau istilah yang bias, termasuk tidak menanyakan pertanyaan yang sugestif.
*    Urutan pertanyaan juga harus diperhatikan. Rubin & Babbie menyarankan agar dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan yang menarik dan tidak dengan pertanyaan-pertanyaan yang sensitif atau pribadi. Sedangkan pertanyaan-pertanyaan untuk identitas, disarankan untuk ditanyakan dibagian akhir.
  1. Wawancara (interview)
*    Pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pengumpul data kepada reponden, dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkan dengan alat perekam (tape recorder).
*    Keuntungan:
  1. Wawancara dapat digunakan pada responden yang tidak bisa membaca dan menulis.
  2. Jika ada pertanyaan yang belum dipahami, pewawancara dapat segera menjelaskannya.
  3. Dapat mengecek kebenaran jawaban responden dengan mengajukan pertanyaan pembanding atau dengan memperhatikan gerak-gerik responden.
*    Kerugian:
  1. Memrlukan biaya yang sangat besar untuk perjalanan dan uang harian pewawancara.
  2. Hanya dapat menjangkau daerah jumlah responden yang lebih kecil.
  3. Kehadiran pewawancara mungkin mengganggu responden.
*    Daftar pertanyaan untuk wawancara ini disebut interview schedule.Sedangkan catatan garis besar tentang pokok-pokok yang akan ditanyakan disebut pedoman wawancara (interviw guide).
*    Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mendapat kerja sama yang baik dari responden:
  1. Penampilan fisik, termasuk pakaian yang dapat memberi kesan apakah pewawancara dapat dipercaya atau mungkin mengancam keselamatan responden.
  2. Sikap dan tingkah laku pewawancara. Sikap dan tingkah laku yang sopan akan menyenangkan calon responden.
  3. Identitas, pewawancara harus memprkenalkan diri terlebih dahulu.
  4. Persiapan. Dalam arti pewawancara harus menguasai apa yang akan ditanyakan kepada responden.
  1. Observasi
*    Pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
*    Keuntungan:
  1. Data yang diperoleh adalah data yang segar dalam arti data dikumpulkan dari subjek pada saat terjadinya tingkah laku.
  2. Keabsahan alat ukur dapat diketahui secara langsung.
*    Kerugian:
  1. Pengamat harus menunggu dan mengamati sampai tingkah laku yang diharapkan terjadi.
  2. Beberapa tingakah laku, seperti tingakah lakua yang bersifat kriminal sulit untuk diamati bahkan bisa berbahaya. Untuk tingkah laku seperti ini masih mungkin diperoleh menggunakan wawancara (Atherton & Klemmack, 1982).
*    Berdasarkan keterlibatan pengamatan dalam kegiatan-kegiatan orang yang diamati, observasi dapat dibedakan menjadi:
1. Observasi partisipan (partisipant observation).
-     Pengamat ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan oleh subjek yang diteliti seolah merupakan bagian dari mereka.
2. Observasi takpartisipan (nonpartisipant observation).
-     Pengamat berada di luar subjek yang diamati dan tidak ikut dalam kegiatan yang mereka lakukan.
*    Berdasarkan cara pengamatan yang dilakukan, observasi dapat dibedakan menjadi:
1. Observasi takberstruktur.
-     Pengamat tidak membawa catatan tentang tingkah laku apa saja yang secara khusus akan diamati. Ia akan mengamati arus peristiwa dan mencatatnya atau meringkasnya untuk kemudian dianalasis.
2. Observasi berstruktur.
-     Peneliti memusatkan perhatian pada tingkah laku tertentu sehingga dapat dibuat pedoman tentang tingkah laku apa saja yang harus diamati.
  1. Studi Dokumentasi
*    Teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumen yang diteliti dapat berupa berbagai macam, tidak hanya dokumen resmi.
*    Dokumen dapat dibedakan menjadi:
  1. Dokumen primer, jika dokumen ini ditulis oleh orang yang langsung mengalami suatu peristiwa. Contoh: otobiografi.
  2. Dokumen sekunder, jika peristiwa dilaporkan kepada orang lain yang selanjutnya ditullis oleh orang lain itu. Contoh: biografi.
*    Keuntungan (Bailey, 1982):
  1. Untuk subjek penelitian yang sukar atau sulit dijangkau seperti para pejabat, teknik ini bisa memberikan jalan untuk melanjutkan penelitian.
  2. Takreatif.
  3. Analisis longitudinal.
  4. Besar sampel.
*    Kerugian (Bailey, 1982):
  1. Bias.
  2. Tersedia secara selektif.
  3. Tidak lengkap.
  4. Format yang tidak baku.
*    Sebagaiman metode historik, dalam studi dokumentasi perlu dilakukan kritik terhadap sumber data, baik kritik kritik internal maupun eksternal.


JENIS DATA PENELITIAN
Aktivitas penelitian tidak akan terlepas dari keberadaan data yang merupakan bahan baku informasi untuk memberikan gambaran spesifik mengenai obyek penelitian. Data adalah fakta empirik yang dikumpulkan oleh peneliti untuk kepentingan memecahkan masalah atau menjawab perta- nyaan penelitian. Data penelitian dapat berasal dari berbagai sumber yang   dikumpulkan dengan menggunakan berbagai teknik selama kegiatan penelitian berlangsung.
A.     Data Berdasarkan Sumbernya
Berdasarkan sumbernya, data penelitian dapat dikelompokkan dalam dua jenis yaitu data primer dan data sekunder.
  1. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain observasi, wawancara, diskusi terfokus (focus grup discussion – FGD) dan penyebaran kuesioner.
  2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal, dan lain-lain.
Pemahaman terhadap kedua jenis data di atas diperlukan sebagai landasan dalam menentukan teknik serta langkah-langkah pengumpulan data penelitian.
B. Data Berdasarkan Sifatnya
Berdasarkan bentuk dan sifatnya, data penelitian dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu data kualitatif (yang berbentuk kata-kata/kalimat) dan data kuantitatif (yang berbentuk angka). Data kuantitatif dapat dikelompokkan berdasarkan cara mendapatkannya yaitu data diskrit dan data kontinum. Berdasarkan sifatnya, data kuantitatif terdiri atas data nominal, data ordinal, data interval dan data rasio.
1.      Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip). Bentuk lain data kualitatif adalah gambar yang diperoleh melalui pemotretan atau rekaman video.
2.       Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis menggunakan teknik perhitungan matematika atau statistika. Berdasarkan proses atau cara untuk mendapatkannya, data kuantitatif dapat dikelompokkan dalam dua bentuk yaitu sebagai berikut:
  1. Data diskrit adalah data dalam bentuk angka (bilangan) yang diperoleh dengan cara membilang. Contoh data diskrit misalnya:
1)      Jumlah Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan XXX sebanyak 20.
2)      Jumlah siswa laki-laki di SD YYY sebanyak 67 orang.
3)      Jumlah penduduk di Kabupaten ZZZ sebanyak 246.867 orang.
Karena diperoleh dengan cara membilang, data diskrit akan berbentuk bilangan bulat (bukan bilangan pecahan).
  1. Data kontinum adalah data dalam bentuk angka/bilangan yang diperoleh berdasarkan hasil pengukuran. Data kontinum dapat berbentuk bilangan bulat atau pecahan tergantung jenis skala pengukuran yang digunakan. Contoh data kontinum misalnya:
1)      Tinggi badan Budi adalah 150,5 centimeter.
2)      IQ Budi adalah 120.
3)      Suhu udara di ruang kelas 24o Celcius.
Berdasarkan tipe skala pengukuran yang digunakan, data kuantitatif dapat dikelompokan dalam empat jenis (tingkatan) yang memiliki sifat berbeda yaitu:
  1. Data nominal atau sering disebut juga data kategori yaitu data yang diperoleh melalui pengelompokkan obyek berdasarkan kategori tertentu.  Perbedaan kategori obyek hanya menunjukan perbedaan kualitatif. Walaupun data nominal dapat dinyatakan dalam bentuk angka, namun angka tersebut tidak memiliki urutan atau makna matematis sehingga tidak dapat dibandingkan. Logika perbandingan “>” dan “<” tidak dapat digunakan untuk menganalisis data nominal. Operasi matematika seperti penjumlahan (+), pengurangan (-), perkalian (x), atau pembagian (:) juga tidak dapat diterapkan dalam analisis data nominal. Contoh data nominal antara lain:
  • Jenis kelamin yang terdiri dari dua kategori yaitu:
(1)  Laki-laki
(2)  Perempuan
Angka (1) untuk laki-laki dan angka (2) untuk perempuan hanya merupakan simbol yang digunakan untuk membedakan dua kategori jenis kelamin. Angka-angka tersebut tidak memiliki makna kuantitatif, artinya angka (2) pada data di atas tidak berarti lebih besar dari angka (1), karena laki-laki tidak memiliki makna lebih besar dari perempuan. Terhadap kedua data (angka) tersebut tidak dapat dilakukan operasi matematika (+, -, x, : ). Misalnya (1) = laki-laki, (2) = perempuan, maka (1) + (2) ≠ (3), karena tidak ada kategori (3) yang merupakan hasil penjumlahan (1) dan (2).
  • Status pernikahan yang terdiri dari tiga kategori yaitu: (1) Belum menikah, (2) Menikah, (3) Janda/ Duda. Data tersebut memiliki sifat-sifat yang sama dengan data tentang jenis kelamin.
  1. Data ordinal adalah data yang berasal dari suatu objek atau kategori yang telah disusun secara berjenjang menurut besarnya. Setiap data ordinal memiliki tingkatan tertentu yang dapat diurutkan mulai dari yang terendah sampai tertinggi atau sebaliknya. Namun demikian, jarak atau rentang antar jenjang yang tidak harus sama. Dibandingkan dengan data nominal, data ordinal memiliki sifat berbeda dalam hal urutan. Terhadap data ordinal berlaku perbandingan dengan menggunakan fungsi pembeda yaitu  “>” dan “<”. Walaupun data ordinal dapat disusun dalam suatu urutan, namun belum dapat dilakukan operasi matematika ( +, – , x , : ). Contoh jenis data ordinal antara lain:
  • Tingkat pendidikan yang disusun dalam urutan sebagai berikut:
(1)  Taman Kanak-kanak (TK)
(2)  Sekolah Dasar (SD)
(3)  Sekolah Menengah Pertama (SMP)
(4)  Sekolah Menengah Atas (SMA)
(5)  Diploma
(6)  Sarjana
Analisis terhadap urutan data di atas menunjukkan bahwa SD memiliki tingkatan lebih tinggi dibandingkan dengan TK dan lebih rendah dibandingkan dengan SMP. Namun demikian, data tersebut tidak dapat dijumlahkan, misalnya SD (2) + SMP (3) ≠ (5) Diploma. Dalam hal ini, operasi  matematika ( + , – , x, : ) tidak berlaku untuk data ordinal.
  • Peringkat (ranking) siswa dalam satu kelas yang menunjukkan urutan prestasi belajar tertinggi sampai terendah. Siswa pada peringkat (1) memiliki prestasi belajar lebih tinggi dari pada siswa peringkat (2).
  1. Data Interval adalah data hasil pengukuran yang dapat diurutkan atas dasar kriteria tertentu serta menunjukan semua sifat yang dimiliki oleh data ordinal. Kelebihan sifat data interval dibandingkan dengan data ordinal adalah memiliki sifat kesamaan jarak (equality interval) atau memiliki rentang yang sama antara data yang telah diurutkan. Karena kesamaan jarak tersebut, terhadap data interval dapat dilakukan operasi matematika penjumlahan dan pengurangan ( +, – ). Namun demikian masih terdapat satu sifat yang belum dimiliki yaitu tidak adanya angka Nol mutlak pada data interval. Berikut dikemukakan tiga contoh data interval, antara lain:
1)  Hasil pengukuran suhu (temperatur) menggunakan termometer yang dinyatakan dalam ukuran derajat. Rentang temperatur antara 00 Celcius sampai  10 Celcius memiliki jarak yang sama dengan 10 Celcius sampai  20 Celcius. Oleh karena itu berlaku operasi matematik ( +, – ), misalnya 150 Celcius + 150 Celcius = 300 Celcius. Namun demikian tidak dapat dinyatakan bahwa benda yang bersuhu 150 Celcius memiliki ukuran panas separuhnya dari benda yang bersuhu 300 Celcius. Demikian juga, tidak dapat dikatakan bahwa benda dengan suhu 00 Celcius tidak memiliki suhu sama sekali. Angka 00 Celcius memiliki sifat relatif (tidak mutlak). Artinya, jika diukur dengan menggunakan Termometer Fahrenheit diperoleh 00 Celcius = 320 Fahrenheit.
2)  Kecerdasaran intelektual yang dinyatakan dalam IQ. Rentang IQ 100 sampai  110 memiliki jarak yang sama dengan 110 sampai  120. Namun demikian tidak dapat dinyatakan orang yang memiliki IQ 150 tingkat kecerdasannya 1,5 kali dari urang yang memiliki IQ 100.
3)  Didasari oleh asumsi yang kuat, skor tes prestasi belajar (misalnya IPK mahasiswa dan hasil ujian siswa) dapat dikatakan sebagai data interval.
4)  Dalam banyak kegiatan penelitian, data skor yang diperoleh melalui kuesioner (misalnya skala sikap atau intensitas perilaku) sering dinyatakan sebagai data interval setelah alternatif jawabannya diberi skor yang ekuivalen (setara) dengan skala interval, misalnya:
Skor (5) untuk jawaban “Sangat Setuju”
Skor (4) untuk jawaban “Setuju”
Skor (3) untuk jawaban “Tidak Punya Pendapat”
Skor (2) untuk jawaban “Tidak Setuju”
Skor (1) untuk jawaban “Sangat Tidak Setuju”
Dalam pengolahannya, skor jawaban kuesioner diasumsikan memiliki sifat-sifat yang sama dengan data interval.
  1. Data rasio adalah data yang menghimpun semua sifat yang dimiliki oleh data nominal, data ordinal, serta data interval. Data rasio adalah data yang berbentuk angka dalam arti yang sesungguhnya karena dilengkapi dengan titik Nol absolut (mutlak) sehingga dapat diterapkannya semua bentuk operasi matematik ( + , – , x, : ). Sifat-sifat yang membedakan antara data rasio dengan jenis data lainnya (nominal, ordinal, dan interval) dapat dilihat dengan memperhatikan contoh berikut:
1)      Panjang suatu benda yang dinyatakan dalam ukuran meter adalah data rasio. Benda yang panjangnya 1 meter berbeda secara nyata dengan benda yang panjangnya 2 meter sehingga dapat dibuat kategori benda yang berukuran 1 meter dan 2 meter (sifat data nominal). Ukuran panjang benda dapat diurutkan mulai dari yang terpanjang sampai yang terpendek (sifat data ordinal). Perbedaan antara benda yang panjangnya 1 meter dengan 2 meter memiliki jarak yang sama dengan perbedaan antara benda yang panjangnya 2 meter dengan 3 (sifat data interval). Kelebihan sifat yang dimiliki data rasio ditunjukkan oleh dua hal yaitu: (1) Angka 0 meter menunjukkan nilai mutlak yang artinya tidak ada benda yang diukur; serta (2) Benda yang panjangnya 2 meter, 2 kali lebih panjang dibandingkan dengan benda yang panjangnya 1 meter yang menunjukkan berlakunya semua operasi matematik. Kedua hal tersebut tidak berlaku untuk jenis data nominal, data ordinal, ataupun data interval.
2)      Data hasil pengukuran berat suatu benda yang dinyatakan dalam gram memiliki semua sifat-sifat sebagai data interval. Benda yang beratnya 1 kg. berbeda secara nyata dengan benda yang beratnya 2 kg. Ukuran berat benda dapat diurutkan mulai dari yang terberat sampai yang terringan. Perbedaan antara benda yang beratnya 1 kg. dengan 2 kg memiliki rentang berat yang sama dengan perbedaan antara benda yang beratnya 2 kg. dengan 3 kg. Angka 0 kg. menunjukkan tidak ada benda (berat) yang diukur. Benda yang beratnya 2 kg., 2 kali lebih berat dibandingkan dengan benda yang beratnya 1 kg..
Pemahaman peneliti terhadap jenis-jenis data penelitian tersebut di atas bermanfaat untuk menentukan teknik analisis data yang akan digunakan. Terdapat sejumlah teknik analisis data yang harus dipilih oleh peneliti berdasarkan jenis datanya. Teknik analisis data kualitatif akan berbeda dengan teknik analisis data kuantitatif. Karena memiliki sifat yang berbeda, maka teknik analisis data nominal akan berbeda dengan teknik analisis data ordinal, data interval, dan data rasio.

Variabel
Dengan adanya masalah itu, kemudian rumusan masalah dapat dikembangakan. Rumusan masalah pada umumnya berupa kalimat pertanyaan. Dari pertanyaan-pertanyan yang ada pada rumusan masalah tersebut nantinya akan menjawab variabel penelitian. Hal itu bisa terjadi setelah masalah sudah difahami dengan jelas dan sudah dikaji sacara teoritis, maka peneliti dapat menentukan variabel penelitiannya. Menurut Sugiono (2009) menyatakan bahwa “Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, yang kemudian ditarik kesimpulannya”. Suatu variabel mengandung variasi. Variasi dalam variabel tersebut diperoleh dari sekelompok sumber data atau obyek yang bervariasi. Variabel dapat dipelajari yang kemudian bisa ditarik kesimpulan. Hubungan antara variabel yang satu ke variabel yang lain perlu kita ketahui bagamana hubungannya. Oleh karena itu kita harus mengetahui terlebih dahulu macam dari variabel itu. Macam variabel tersebut adalah :
a. Variabel Independen (variabel bebas) / variabel eksogen : variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor, antecedent. Dalam variabel ini merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat.
b. Variabel Dependen (variabel terikat) / variabel endogen / output : merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
c. Variabel Moderator : variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel bebasa dan variabel terikat.
d. Variabel intervening : variabel ini merupakan variabel penyela/antara yang terletak diantara variabel bebas dan variabel terikat, sehingga variabel bebas tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel terikat.
e. Variabel Kontrol : adalah variabel yang yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel control digunakan oleh peneliti bila akan melakukan penelitian yang bersifat membandingkan.
Menurut Prihantoro (dalam http://www.verypdf.com/ to remove this watermark), variable penelitian dinbedakan menjadi :
a. Varibel laten adalah variabel yang tidak dapat diukur langsung, tetapi melalui suatu dimensi atau indikator dari masing-masing variabel.
b. Variabel manifest adalah variabel yang dapat diukur langsung.

Sumber:





Tidak ada komentar:

Posting Komentar